bukan aku yang hebat tapi allah

Ketikaaku bukan ketenangan, seharusnya aku mengerti tak akan ada yang mencariku meski untuk hal yang tak begitu berarti. Ketika aku bukan ketegaran, hanya rintihan yang akan terus berjuang. Ketika aku bukan hebat, aku sangat percaya. Tak akan mungkin ada orang yang mau mendekatiku. Ketika aku bukan hebat, mendengarkan adalah hal yang paling baik. Bukanaku yang hebat, tapi Allah yang permudahkan aku. Aku bukan lah orang baik, tapi Allah melindungi aib aku. Aku bukan orang yang bijak, tapi Allah anugerah ilham pada aku. Aku tak pandai Asing, aku suka mendengarmu bernyanyi , kamu suka mendengarmu mengaji , Tuhan memang pencipta yang hebat. Sampaikan salam untuk tuhanmu , terima kasih karena kamu telah dia ciptakan , namun tak boleh kucinta. Bagaimana mungkin Tuhan bisa digadaikan ? Milik kita . Namun taj boleh kucinta bagaimana mungkin Tuhan bisa digadaikan ? Iyaberterima kasihlah kepada Allah, sebab apa yang kamu dapatkan, apa yang kamu raih, dan apa yang kamu capai dalam hidupmu karena kebaikan-Nya. Sekali lagi, bukan dirimu yang hebat meski benar orang lain telah begitu mengagungkan kemampuanmu dalam segala hal, karena sejatinya yang hebat itu Allah yang telah membuatmu hebat. Allah menguji kita dengan sesuatu yang kita cintai, maka janganlah berlebihan mencintai, agar sedihpun tidak berlebihan" "Aku berhijab bukan karena pandai ilmu agama, tapi aku berhijab karena mentaati perintah Allah" "Apapun profesimu syukuri nikmati dan jalankan tugasmu dengan ikhlas" Mein Mann Flirtet Ständig Mit Anderen Frauen. Previous Post 12 Fakta soal Ustman bin Affan Next Post Pengadilan Tinggi India Bebaskan Tertuduh Pembantaian Muslim Gujarat 2002 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Terima kasih pak atas segala jasa bapak hingga membuat anak saya menjadi hebat. Itu perkataan bapak Muhammad Yusuf orang tua Cut Fara Viqia Yusuf. Sesungguhnya bukanlah kami yang hebat. Tapi Allah yang memberikan kami sebuah anugrah siswa yang berbakat. Siswa - siswa yang berhati lembut sehingga dengan mudah menerima sebuah bukanlah kami yang hebat, tapi karena merek memiliki orang tua yang baik. Orang tua yang mau diajak kerjasama. Orang tua baik yang selalu mendoakan mereka. Sesungguhnya bukanlah kami yang hebat, tapi karena mereka para dermawan berhati baik yang membantu mewujudkan sekolah juara. Hingga pertemuan ini terjadi. Sekarang tak mungkin akan kulihat senyuman mereka di setiap pagi. Tak akan lagi kutemukan sapaan penuh cinta dari mereka. Tak ada lagi keluh kesah mereka. Tak akan lagi aku bercengkrama bersama merekaPastinya rindu ini akan sangat membuncah. Menunggu - menunggu kapan kalian akan kembali. Tapi memang beginilah takdir kami. Setiap tahun ada saja bagian hati yang pergi. Pergi bersama mereka. Menyisakan ruang kosong yang siap diisi kembali. Begitulah setiap selalu ada batasnya. Perpisahan itu juga tak abadi. Semoga pertemuan yang paling indah menjadi takdir kita nanti di syurga. Aamiinforhappinesstogetherwisudajuarapentakrasijuararumahzakatfans Lihat Pendidikan Selengkapnya Pre-marriage story part 1 Aku tidak ingat sejak kapan aku berhenti memikirkan kriteria calon suami. Alasannya karena aku tidak ingin seseorang memiliki ekspektasi terhadapku sehingga aku menghilangkan ekspektasi ku terhadap orang lain. Seiring berjalannya waktu, alasan nya berubah. Aku tidak memiliki kriteria suami karena aku merasa aku cukup kuat untuk mengandalkan diri sendiri. Aku menyadari bahwa aku pribadi yang kuat dan aku mampu mengendalikan diriku. Lagipula akan lebih mudah untuk merubah kondisi dari dalam diri dan tidak bersandar pada orang lain. Aku berubah menjadi sosok wanita yang kuat dan dapat diandalkan. Tapi alasan-alasan di atas nyatanya masih terasa belum menjelaskan dengan baik, mengapa aku tidak memiliki kriteria suami. Sampai tibalah, di suatu masa dimana aku diuji oleh pria. Tidak pernah aku merasa begitu tidak dihargai oleh orang lain melainkan pada masa itu. Pada momen yang berbeda tapi terjadi berdekatan, aku juga menerima sebuah lelucon’ mengenai sosok diriku yang terlihat sangat mengontrol pria. Ketika aku mengalami kejadian tersebut, tentu respon pertama adalah marah. Aku sangat tersinggung. Aku kecewa dan berpikir bahwa semua pria sangat br*****k. Aku ceritakan semua hal kepada orang-orang terdekat. Sepanjang cerita, anehnya aku justru banyak intropeksi diri. Ya, aku akui bahwa aku banyak mengendalikan hal-hal. Akan tetapi, aku sadari bahwa hal tersebut bukan karena aku merasa superior, melainkan justru sebaliknya. Aku menginginkan sosok yang bisa memimpin. Tapi dalam perjalanannya, aku tidak ingin terlihat lemah. Beberapa waktu setelah kejadian tidak menyenangkan dengan pria tersebut, anehnya aku jadi mulai memikirkan pernikahan—yang selama ini selalu aku hindari hehe. Apakah dalam benak pria aku terlihat sangat mengontrol? Apakah aku terlalu berkepribadian kuat? Apakah aku perlu merubah diri? Aku berdiskusi dengan beberapa orang di sekitar. Kami membicarakan tentang kriteria suami. Dulu ketika ditanya hal ini aku tidak sedikit pun ragu menyampaikan pemikiran ku seperti di atas. Tapi sekarang berbeda. Aku ragu dengan alasan ku. Aku menyadari bahwa pernikahan ini tidak akan berjalan baik hanya karena sosok diri ku yang kuat atau suami yang memenuhi kriteria melainkan karena Allah yang hebat. Bahkan jika aku tidak kuat, suami tidak memenuhi kriteria, Allah akan tetap jaga kami sampai batas yang Dia ridho kepada kami. Karena itu, dibanding dengan menyandarkan kepada diri sendiri atau pada kriteria suami, aku mulai menyadarkan diri kepada Allah, agar Dia meridhoi aku. Rasanya aneh memang aku mencapai kesimpulan tersebut justru setelah mendapat perlakuan buruk. Akan tetapi, memang Allah itu keren, kan? Dia bisa menyelipkan hikmah dalam setiap kejadian. Hehe Saat ini, aku berusaha untuk bisa mendapatkan ridho-Nya. Semoga di belahan bumi yang lain, calon suami juga mengusahakan hal yang sama. Hehehe Aku berdoa semoga Allah segera mempertemukan kami aku dan suami di waktu yang terbaik menurutNya. Jika pun kami masih perlu waktu menunggu, semoga Allah jaga kami tetap istiqomah berusaha semata-mata untuk mendapatkan ridhoNya. Aamiin. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang terbatas. Sebab itu dalam kehidupannya ia sering kali diperhadapkan dengan berbagai peristiwa atau tantangan di dunia ini, baik itu pengalaman suka maupun pengalaman duka. Diperhadapkan pada situasi yang demikian membuat manusia sering kali banyak mengeluh, banyak marah, menyerah, dan bahkan bisa sampai pada sikap skeptis dan menyalahkan Tuhan. Itu artinya manusia dalam hidupnya masih sangat minim perihal bersyukur pada Tuhan atas segala anugerah yang telah diberikanNya. “Bukan aku yang kuat, tetapi Tuhanlah yang Mempermudah” menjadi salah satu tema permenungan yang sangat baik untuk direfleksikan sebagai tanda ungkapan syukur kita pada Tuhan atas penyelenggaraanNya dalam kehidupan kita manusia hingga saat ini. Dalam Kitab Yesaya 4029 berbunyi “Dia memberikan kekuatan kepada yang lemah dan menambah semangat kepada yang tidak berdaya”. Hal ini haruslah menjadi warta gembira bagi kita manusia sebab bahwa Tuhan sama sekali tidak meninggalkan kita, atau membiarkan kita jatuh pada kelemahan kita. Ia bahkan mendampingi kita, menambahkan kekuatan kepada kita untuk dapat melewati setiap persoalan atau pergumulan yang kerap kali dijumpai dalam kehidupan kita ini. Sebagai seorang Kristen sejati tentunya kita harus sangat bersyukur pada Tuhan atas kasih sayangNya yang telah Ia berikan kepada kita. Perikop di atas mengajarkan kepada kita bahwa di saat manusia melakukan suatu perbuatan atau menggapai suatu prestasi, pertama-tama yang harus kita sadari bahwa pada hakikatnya semua hal itu bukan disebabkan karena kita manusia adalah orang yang hebat, tetapi karena Tuhanlah yang telah berkenan dan memberikan kemudahan kepada kita semua. Tuhan menuntun kita sampai pada titik terbaik di mana Tuhan menghendaki itu bagi kita. Sebab itu, situasi jatuh, kalah, gagal seharusnya tidaklah dipandang sebagai sebuah hukuman yang dinyatakan Tuhan dalam kehidupan kita. Kegagalan atau pengalaman terpuruk mestinya dipandang sebagai suatu ujian dari Tuhan pada kita. Karena itu kenalilah diri kita lebih dalam, sadari setiap kelemahan dalam diri kita, karena justru demikian kita akan menjadi manusia yang sempurna di dalam Kristus Tuhan. Ia hanya meminta kita untuk percaya pada setiap rancanganNya, karena Dia adalah jalan kebenaran dan kehidupan. Setiap orang yang berpegang kepadaNya akan menjadi kuat, karena Tuhanlah yang mempermudah. Terima kasih Tuhan untuk penyertaan yang telah Kau berikan dalam kehidupanku. Fr. Albertus Ranbasar Tahukah kalian, bahwa hampir setiap hari kita melalui jalanan dalam rutinitas kita? Hendak ke sekolah, kampus, kantor, rumah orang tua, rumah sahabat, pasar, perpustakaan, dokter, dan berjuta tempat lainnya. Bisa ada banyak tempat yang kita datangi dan tentunya ada puluhan kilo meter bahkan lebih jalan yang kita lewati setiap harinya untuk menuju ke banyak tempat tersebut. Nah, ada hal yang menjadi perhatianku belakangan ini. dalam rutinitas berangkat ke tempat kerja aku senang menikmati apa yang terpapar di perjalanan pagiku. Aku tak keberatan jika driver ojolku memilih rute yang di luar dari biasa. Dengan catatan jika aku memang memiliki waktu yang cukup. Di suatu hari, ternyata driver-ku memilih jalan itu, jalan yang tidak biasanya. Dan saat itu aku takjub dengan billboard yang aku temukan dalam perjalanan tersebut. Sungguh pemasang, pemberi ide konten billboard telah memberi banyak manfaat bagi para pemakai jalan yang menikmati’ billboard tersebut. Di billboard tersebut tertulis, “Bukan karena kita yang hebat. Tapi karena Allah yang memudahkan urusan kita.” Kalimat dalam billboard tersebutlah yang sungguh terasa beberapa hari yang lalu terjadi padaku. Di kantor sedang sungguh banyak-banyaknya pekerjaan. Ketika tugas A selesai, ada tugas B yang dengan cantiknya menunggu untuk dikerjakan. Dalam pengerjaan tugas B, eh muncullah tuags D, E, dan kawan-kawannya yang datang tidak sendirian. Mereka datang bergerombol. Intinya, pekerjaan kantor sungguh sedang padat! Di akhir minggu kemarin, aku seakan kaget sendiri bahwa tugas yang datang bergerombol tersebut alhamdulillah sudah terselesaikan satu persatu. Padahal kalau dilihat jadwal pekerjaanku, saat itu ada banyak tugas luar yang sedang kulakukan bersamaan dengan datangnya gerombolan’ tugas tersebut. Siapa lagi yang bisa memampukan kita menuntaskan tugas bahkan yang menurut kita terkadang ini di luar logika kita. Allah-lah yang melapangkan padat kita, juga memampukan kita untuk dapat berpikir dan membuat strategi penyelesaian-penyelesaian tugas yang datang seakan tak henti-henti. Kalau aku cuplik sedikit part dari BANYAK part di mana Allah sungguh memampukanku mengikuti sebuah rapat di sore hari. Di siang hari ketika aku melewati rak buku, ada bagian yang tiba-tiba menarik perhatianku. Diamlah aku sejenak untuk membaca bagian buku tersebut lalu aku mengambil foto karena bagian itu ingin ku baca lagi mungkin nantinya. Itu yang ada di pikiranku di siang hari itu. Tak disangka, di sore harinya, ternyata bagian yang aku foto lah yang menjadi salah satu bahasan rapat. Dan alhamdulillah aku yang baru membaca sekilas di siang harinya, sedikit banyak jadi lebih paham bahasan dalam rapat di sore hari itu. Allah-lah yang menggerakkan kakiku untuk berhenti sejenak di rak buku, Allah jugalah yang membuat pikiran ini penasaran dengan sesuatu dari buku itu, Allah juga lah yang kemudian membuat tangan ini mengambil foto isi buku tersebut. Dalam keseharian kita, tentu semua part-nya tak lepas dari pengaturan dan pertolongan Allah. Part manakah dari pertolongan Allah yang ingin kau ceritakan hari ini? Mata buku, mata dengan jendela untuk melihat berbagai indah kehidupan...

bukan aku yang hebat tapi allah